Monday, December 12, 2016

Jelas

Melodi hati beralun,
Mendayu memukul jiwa retak kecewa,
Meruntun tagih kasih,
Yang sangka rembulan,
Tapi bayang di sebalik kelam,

Juram nyata wujud,
Tapi jika ia nyata,
Tentu tampak lebih berserah,
Silapnya ia harapan

Jgn siakan pada jiwa bermain madah,
Yang manis di sebalik senyuman
Di sebaliknya penuh sedia duka
Buat si berharap.

Teratak sayang, 1.05am, 12.12.2016

Soalan hati

Ku tatap jiwa kelam,
Yg kadang tagih dosa,
Hingga tiada terhingga dek noktah hitam

Adakah kasih perlu dilihat?
Adakah cinta perlu bermadah syahdu?
Adakah sayang perlu diulit rindu?

Dia mencinta tanpa melihat
Dia merindu tanpa pernah bersua
Dia kasih sedangkan diri ini lupa padanya

Seringkali ku tertanya,
Nafas sudah bertemu akhirnya,
Tiada lagi jasad mmpu ditatap,
Hanya warisan nukilan dari orang tua yg pernah bersamanya,
Persoalannya, bagaimana dia melafaz cinta pada aku yg bernyawa sedangkan dia sudah tiada?

Teratak kesayangan, 12.13am, 13.12.2016

Sunday, December 11, 2016

Curiga

Curiga dgn nada dan kata,
Kadang terlihat suka,
Tapi kata tiada mengiya,
Seolah menepis benarnya.

Tiada ku mahu jadi seperti mereka
Kerna rasa dan cinta,
Meluah kononnya beroleh kata sama,
Tapi akhirnya tiada beroleh apa-apa

Impian dan cita-cita,
Dilaung utk menutup sebaliknya,
Rasa dan kata,
Yang jiwa saja punya cerita,
Takut meluah,
Kelak merana

Sangkaan jiwa ke langit,
Tapi bimbang hanya tumbang
Menyembah bumi,
Jika benar punya cinta,
Tiada diluah tidak mengapa
Cuma biar ada secebis kata,
Yang menampak harapan hendaknya...

(Tempat beradu, 1.02am, 7.12.2016)

Cerita Dunia

Kadang bermadah
Dikata dia ini tiada malunya
Hanya bertopeng
menyusun kata
Dan akhirnya
Segalanya tipu dusta

Apabila menyepi
Dikata dia bongkak
Hanya mendongak
Lupa di bawahnya
Dan menyangka
Aku adalah segalanya..

Dunia ini penuh sangkaan awal
Yg di sebaliknya cuma kosong
Tiada saksi
Tiada bukti
Jari jemari menuduh sana sini...
Membuta tuli..
Tapi diri terkecuali

(Tempat beradu, 12.15am, 7.12.2016)

Monday, November 21, 2016

Noktah malam

Kala irama bermain di udara,
Tiada ku temu titik noktah,
Indah, bahagia,
Tapi tiada seiring apa di jiwa

Persis kelam menyelubung,
Gelapnya di balik kelip bintang,
Hanya berteman kecilan cahaya,
Tampak samar, tapi mungkin jua cukup.
Mungkin.

Lirik dan irama kian rancak bertukar,
Suasana hingar tapi kelam malam jua tempat di tatap,
Apakah jiwa ku hilang bahagia,
Menanti tapi duka yg silih hadir,
Mungkin aku jua cuba bijak mengasihani,
Bukan mencintai..
Maaf..

28/10/2016,12.20pm ,Cartel Cafe,Bangi

Thursday, September 10, 2015

Kiriman Bahagia

Apa kau masih menitis air mata,
Mengenang nasib yang tiada upaya,
Sehingga pasrah yang dikau luah.

Duhai jiwa lara,
Jangan penat merintih pada Yang Esa ,
Kadang sengaja dibiar dikau bersedih duka,
Supaya dikau sedar bukan takdir itu ketentuan manusia biasa.

Renung seketika,
Bukan sengaja dikirim duka,
Saat menangis ka mencari aku yang kontang idea,
Sehingga aku sendiri mati akal menjawab soal tanya.

Apa yang bisa ku bicara pada kamu yang hilang upaya,
"Jika ini kesusahannya, cuma ingatan mengenal syukur di saat bahagia mendatang kelak"
Kerna, Tuhan tidak lupa kiriman bahagia.

(1.12 am, 8/9/2015, Tempat beradu)

Tuesday, September 1, 2015

Lena Malam

Dingin malam meliputi,
Ku kira menjemput lena ke mari,
Tapi yang hadir cuma wajahmu di sini,

Bicara ku kadang tampak merobek hati,
Sungguh... tiada niat seiring pergi,
Kerna mana bisa ia akan ku kunci,
Keluar kata tiada daya ku tarik kembali.

Sungguh jiwa tiada ku isi,
Andai tiada bicara kasih sehidup semati,
Tapi jangan kita menolak takdir Ilahi,
Apa daya kuasa kita tiada setanding Dia Yang Menguasai.

(1.21am. 1/9/2015, Kamar Beradu)